Usai usah pemilu 2019, meski berjalan damai, tertib, aman, dan lancar, tapi banyak menyisahkan problem, mulai dari klaim kemenangan antar pilpres, hingga kematian para petugas khususnya ditingkat bawah yakni KPPS dan panwas.
Disini saya tidak bicara persoalan diatas, tapi lebih menyoroti apa yang terjadi pasca Pileg di kampung halaman saya, Buton Selatan (Busel). Sorotan saya adalah bibit dinasti yang berkembang, kenapa? Mari simak tulisan nyeleneh ini.... hehehe
Pada pileg 2019 lalu memang biasa-biasa saja kalau dilihat sepintas, tapi kalau diterompong lebih dekat, ternyata pileg yang lalu itu dikuti oleh kerabat Plt. Bupati Busel, Ya,,, adik dan istrinya, keduanya diusung oleh Partainya Bupati dan ditempatkan di daerah pemilihan yang berbeda, adiknya di Dapil 4 dan istrinya di Dapil 1.
Dan Yang mencengangkan adalah Kedua-duanya lolos!!! Ngeri gak tuh? gak biasa saja! kan hak setiap warga negara punya hak memilih dan dipilih. jadi terserah mereka donk.....
OH TIDAKKKKKKKKKKKKKK!!!! Dinasti Politik itu merusak Ferguso!!!
Jika merujuk pada omongannya Om Pablo Querubin (2011: 2) seorang akademisi Harvard Academy for International and Area Studies ia mengartikan bahwa dinasti politik sebagai `a particular form of elite persistence in which a single orfew family groups monopolize political power' (sebentuk penguasaan elite yang lama ketika sebuah atau beberapa keluarga memonopoli kekuasaan politik).
Berangkat dari omongannya om Pablo diatas, kemudian dikaitkan dengan kasus yang terjadi di Busel terlihat jelas, Busel dalam ancaman monopoli kekuasaan politik.
Emang kenapa, dimonopoli?
sekali lagi merusak Ferguso....!!!
Kekuasaan kalau dimonopoli segelintir elit, sangat ambrudul dan sarat korup, sistem pemerintahan tidak berjalan normal, gimana mau normal, kalau istri dan adiknya di Legislatif dan Suami/kakaknya di Eksekutif, tentu pelaksaan pemerintahan cuman bisik-bisik dan iya..iya... fungsi pengawasan tidak berjalan. dan lebih parah lagi proyek-proyek diatur mereka. anggaran daerah rawan pembancakan!!! kasiankan!
Contoh kasus Ratut Atut di Banten kayaknya terlalu jauh kalau dijadikan contoh, yang dekat saja deh, lihat di Ibu Kota provinsi kita Sulawesi Tenggara (Sultra), Kota Kendari. tahun lalu disana tejadi Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh Kapeka, tau siapa yang ditangkap Ayah (Mantan walkot) dan ANAK (walkot), ditangkap karena si Ayah memerintah Anaknya untuk menerima suap dari Pihak swasta untuk memuluskan proyek, dan uang suap rencana untuk pemcalonnya Ayahnya maju di Pilgub Sultra.
Kejamkan dinasti itu?
Iya... kasian BUSELKU.
0 Comments:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di blog ini, berkomentarlah dengan bijak, baik dan tidak spam.