Joget: Hiburan Rakyat Yang Tak Mengenal Kelas Sosial


Rokok masih panjang, lebih 4 senti dari filter, tetapi sound sudah bunyi. "Cepat sudah e.. lapangan su mau pono, kaka lambat, kaka seng dapa tampa", seru pasangan perempuannya.


Bergegaslah silelaki yang berkaos merk supreme KW dengan rambut klimis itu lalu ia mematikan rokoknya dan menuju kelapangan.

Intro musik "nona pasir putih" dengan dentuman bas yang khas menghentak, kaki pinggul tak bosannya bergerak paralel mengikuti ritme. Dunia seolah miliknya malam itu. Pokoknya Happy.. happy... dan happy...

***

Bagi orang Timur, buton dan kadatua pada khususnya, acara joget bukan hanya seremonial untuk turut merayakan kegembiraan ataupun kebahagiaan tuan acara yang baru selesai melangsungkan resepsi atau selamatan.

Tetapi juga sebagai sarana untuk menghibur diri ditengah minimnya hiburan didesa, dan arena bagi para muda-mudi untuk bejumpa dengan kekasih. (Karena hanya diacara jogetlah orang tua biasanya memberi kebebasan anaknya berada diluar rumah hinggal larut)

Di dalam arena joget, semua diperlakukan setara, tidak ada kelas atas, menengah maupun bawah, baik dia berprofesi sebagai orang kantoran, pengusaha, nelayan, dan bahkan pengangguran sekalipun semua sama, begitupun dengan pakaian yang dikenakan bebas rapi, baik yang ori, KW super sampai KW level empat, selagi tidak merokok didalam acara dipersilahkan dengan hormat dan tangan terbuka.

Namun demikian tak selalu berjalan mulus, namanya juga acara bebas dan terbuka, pasti selalu saja ada orang-orang usil yang memiliki tujuan lain, menjadikan acara joget sebagai arena untuk tarung. Insiden-insiden kecil, misal keributan ataupun bahkan perkelahian kerap terjadi.

Disisi lain acara joget juga punya andil dalam menggerakan ekonomi warga sesaat, kios-kios disekitar acara berefek, rokok, bensin, aqua, teh gelas, mi inter, laku keras diserbu muda-mudi pegiat acara.

1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini, berkomentarlah dengan bijak, baik dan tidak spam.