- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Februari 28, 2023
- No Comment
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Februari 26, 2023
- No Comment
Kurang lebih 27 hari lagi ramadhan akan menyapa. Perbincangan PULANG KAMPUNG pun mulai hangat. Diberanda medsos pamflet digital Turnamen Futsal mulai ditebar, walaupun desain pamfletnya terkesan lawas dan agak kaku, tapi sudahlah, intinya turnamen itu ada.
Mereka yang dirantau, pecinta, manager maupun pemain entah yang bekerja sebagai pedagang atau pun nelayan, disela-sela menunggu pembeli atau ketika baru pulang melaut, topik ini tak luput dibicarakan. Maklum, satu-satunya hiburan ketika pulang kampung lebaran hanyalah turnamen ini.
Selain itu juga, tentu sebagai wadah ekspresi para perantau. Hobi yang terpendam serta pundi-pundi yang dikumpulkan selama dirantau disinilah ditunjukkan. Maka tak heran perbincangan seputar pemain mana yang akan diturunkan serta model jersey yang akan dipakai menjadi perhatian lebih mereka. Seolah Pulang Kampung dan turnamen Futsal adalah pasangan kekasih yang terpisahkan.
Dan yang tak kalah menarik konon turnamen yang diselenggarakan tahun ini berbeda dari biasanya, skopnya lebih luas--- se Kabupaten Busel. Ternyata animo besar tidak hanya datang dari para perantau tapi panitia di Kampung juga demikian, berani keluar zona nyaman serta pakem yang selama ini hanya mampu membuat event tarkam skop kecil lingkup kadatua.
Pertanyaan kemudian adalah apakah mampu? Mengingat banyak catatan buruk disetiap turnamen yang dilaksanakan dan selalunya berulang, mulai dari soal transparansi hadiah, wasit yang merangkap pemain, dlsb. Mengundang tamu luar tentu tidak main-main, butuh effort yang lebih, kesalahan kecil saja bisa berdampak buruk bukan hanya pada panitia tetapi se pulau kadatua kena imbasnya.
Namun kita tidak boleh pesimis. Inilah tantangan yang mesti dijawab bersama bukan hanya panitia sebagai penyelenggara, tetapi semua yang terkait, baik itu pecinta, manager maupun pemain.
Mumpung masih ada tenggat waktu kurang lebih 60 hari lagi. Diskursus soal ini musti dilakukan, masukan dan catatan dari berbagai pihak mesti didengar. Tidak boleh lagi ada potalo-talo. Tidak boleh lagi ada istilah "mieku" dan "miendo". Sebab sejatinya Turnamen Merantau Cup bukan hanya milik panitia semata, tetapi sudah menjadi milik kita orang Busel dan Kadatua khususnya secara keseluruhan. Maka Suksesnya turnamen adalah sukses kita semua. (*)
BRAVO MERANTAU CUP!!! 🫰
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Februari 07, 2023
- No Comment
Sering kali dalam banyak penelitian mengungkapkan bahwa generasi milenial itu apolitis. Hanya fokus pada urusan gaya hidup. Abai pada urusan politik.
Sebagai milenial rasa-rasanya kok tidak seperti itu. Sikap tersebut karena kejenuhan saja akan situasi politik yang ada, apalagi tayangan dimedia selalu direcoki perbincangan politisi yang jauh dari subtansi. Sesungguhnya milenial butuh yang konkrit bukan sekedar omdo (omongan doang).
Faktanya memasuki tahun politik jelang 2024, milenial mendominasi penyelenggara Pemilu di semua tingkatan mulai dari PPK hingga pantarlih, Panwascam hingga PKD, diisi oleh mereka. Seolah ini menjawab bahwa mereka sebenarnya peduli.
Di Kecamatan Kadatua kegiatan milenial sebagai penyelenggara pemilu mulai intens dilakukan, meski sifatnya masih teknis namun berbeda dengan sebelum-sebelumnya.
Upaya mereka untuk menyemarakkan pemilu mulai kelihatan, akun-akun medsos tumbuh bak jamur dimusim penghujan. Dokumentasi kegiatan, serta ajakan untuk aktif dipublikasi.
Namun tentu tak boleh hanya berhenti sampai disitu, manakala hanya bersifat teknis dan publikasi, akun medsos tak ubahnya seperti humas pada instansi pemerintahan. Tak berdampak apa-apa dan hanya formalitas belaka.
Sebagai milenial yang notebene melek digital dan enerjik, harus kreatif dan inovatif. Mencari formula agar penyelenggara pemilu (PPK,PPS PANWAS, dll) yang selama ini diindentikan dengan tukang data atau jaga tinta dan pemilu itu sendiri tidak dimaknai negatif sebagai hanya momen menerima serangan fajar.
Kehadiran milenial menjadi garda terdepan pengawal demokrasi harusnya lebih menyasar hati dan pikiran warga, kegiatan-kegiatan yang bertajuk pendidikan politik mesti digalakkan, bukan sekedar sosialisasi monolog yang ujungnya sekedar dokumentasi laporan.
Milenial harus lebih out of the box membangkitkan gairah warga. Agar warga berdaya sefta siap mengawal demokrasi, dan memahami bahwa pemilu sesungguhnya adalah sarana untuk memilih legislagor dan pemimpin berkualitas. Bukan arena menerima serangan fajar!!!