- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 16, 2022
- No Comment
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 10, 2022
- No Comment
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 09, 2022
- No Comment
Setiap bangun pagi, yang pertama saya dilihat adalah gadget buka esai mojok, kalau tulisannya menarik untuk baca biasanya ku sampai habis kalau gak, scroll kegiatannya scroll medsos sampai lupa waktu. Meskipun tidak ada yang menarik tapi tetap saja dilakukan seolah menjadi kebiasaan.
Alhasil buang-buang waktu, tidak ada hal produktif lainya bisa dilakukan sepanjang hari, padahal kalau mau dipikir lagi, Tuhan sudah ngasih waktu 24 jam.
Pola ini yang mungkin terjadi pada banyak orang walaupun sadar bahwa itu buruk. Hingga suatu waktu, saya merenung dan intropeksi, ada yang salah dalam cara saya berkehidupan.
Kebetulan ini awal tahun waktu yang tepat memulai hal-hal baru. Maka langkah yang dilakukan adalah mengganti pola yang negatif seperti kegiatan scroll-scroll yang nirfaedah ke kegiatan yang positif.
Yapsss... membaca Buku! Ini akan saya paksa masuk dalam pola itu. Meski berat tetapi harus dilakukan, seperti kata pepatah ala bisa karena biasa.
Untuk itu saya mulai dengan sebuah target yang menurutku boleh dibilang sangat radikal yaitu melumat habis novel berat berlatar sejarah dengan total halaman 577. Nanti dilain kesempatan sangat ceritakan isi novel itu.
Oke sampai disini dulu cerita saya hari ini, semoga ini menjadi awal yang baik.
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 09, 2022
- No Comment
Ia seorang kawan sekaligus guru disebuah pulau, sebut saja namanya Bravo.
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 07, 2022
- No Comment
- By LA ODE YUSRAN SYARIF
- On Januari 04, 2022
- No Comment
Akhir tahun 2021, dengan seragam putih-putih mirip seragam Angkatan Laut (cuma yang membedakan logo topi AL logonya jalesveva jayamahe sedang kades garuda) 14 Kades hasil pemilihan serentak itu dikukuhkan dan diambil sumpah. Empat diantaranya berasal dari kecamatan Kadatua: Banabungi, Lipu, Bansel, dan Waonu.
Kesemuanya itu mayoritas berlatar dari generasi 60 dan 70. Meski generasi milenial 80 dan 90 turut meramaikan bursa tetapi ternyata mayoritas warga masih menginginkan kepemimpinan dari kalangan bapak-bapak.
Namun milenial 80-90 tidak serta diabaikan, mereka biasanya ditempatkan pada posisi aparatur, dari kasi, kaur, hingga sekdes. Harapannya terjadi kolaborasi bapak-bapak sebagai nahkoda pemegang kemudi, sedangkan milenial sebagai penggerak mesin. Lambat atau cepat, serta dimana arah kapal menuju tergantung kolaborasi apik mereka.
Kolaborasi itu beberapa tahun belakangan sudah dilakukan, tetapi hasilnya belum terlihat, ragam kebijakan yang diambil masih jauh dari kata tepat guna dan tepat sasaran, miskin inovasi dan aksi. Yang nampak hanya pameran keki.
Lalu apa yang keliru? Kolaborasinya kah? SDM aparaturnya kah? Atau Kadesnya yang egois tidak menerima masukan & saran?
Entahlah... biarkan ini menjadi PR bersama. Tetapi saya berharap para kades yang baru dilantik beberapa hari ini, melakukan upaya terobosan, juga para milenial yang dilingkungan pemerintah jangan pernah bosan terus menambahan pengetahuan & wawasan, terbuka pada kritik dan masukan, agar tercipta ide-ide inovatif sehingga roda pemerintahan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.