Tak butuh waktu lama untuk memangkas angka putus sekolah di Pulau Kadatua, dalam kurun belasan tahun saja terjadi lompatan besar.
Adalah kehadiran SMAN 1 Kadatua menjadi salah satu pemicunya yang telah memberi kontribusi terhadap pengembangan manusia kadatua.
Dulu, menjadi polisi, tentara atau bahkan masuk perguruan tinggi hanya cita-cita yang mengawang-awang, sulit untuk diraih. Diraih pun butuh perjuangan extra. Melanjutkan sekolah pasca SMP harus hijrah ke Kota, tinggal dipondokan, rumah keluarga atau ngekost.
Kini tinggal cuss sampe, sekolah ada ditengah-tengah kita.
Namun seiring perkembangan zaman, tantangannya kian besar pula. Bukan hanya sekedar lulus yang diharapkan tetapi kapasitas keilmuan yang dimiliki mumpuni atau tidak. Apalagi diluar sana persainganan semakin ketat.
Kreativitas guru, serta kebijakan sekolah adalah kunci untuk bagaimana mengembangkan potensi peserta didik.
Salah satunya adalah kegiatan yang bisa memacu semangat siswa datang dan betah di sekolah. Utamanya berkaitan dengan penyaluran minat dan bakat. Disekolah-sekolah maju di kota, hal tersebut bukan barang baru dan boleh dibilang adalah hal yang sangat lazim.
Berbeda halnya di Kampung-Kampung, apalagi di Pulau seperti Kadatua, yang fasilitasnya sangat terbatas. Mau tak mau mindset harus out of the box. Membongkar kebiasaan lama. Mendobrak, mencoba hal baru.
Seperti yang dilakukan oleh salah satu guru SMAN 1 Kadatua, beberapa hari lalu disela-sela kesibukannya mengikuti training disalah satu hotel ternama di kota ini. Ia menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan saya dan beberapa rekan di sebuah kedai kopi.
Ia menyampaikan bahwa kehadiran guru-guru muda telah memberi warna baru. Pola-pola lama telah ditata ulang, kreativitas mulai dibumikan. Kegiatan ekstrakurikuler mulai tumbuh, khususnya kepanduan pramuka dan kesenian (Marchingband).
Dan bahkan salah satu sekolah yang jadi sasaran program budaya "Revitalisasi Tradisi lisan Tambi" yang dimotori balai bahasa sultra tahun ini, adalah SMAN 1 Kadatua.
Mendengar penjelasannya itu saya tecengang. Ah, ternyata Sekolah di desa pun bisa juga bisa melakukan sesuatu. Muda & pikiran segar serta kemauan menjadi kunci.
Mudah-mudahan hal diatas menjadi titik balik untuk melakukan yang lebih, tak hanya terhenti disitu tapi lebih banyak lagi kegiatan ekstrakulier lainnya khususnya disesuaikan dengan konteks kekinian, misal olahraga, kepenulisan, video pendek, dll... Agar nanti pasca lulus siswa memiliki keterampilan dan kreativitas yang bisa dipakai menjadi modal bermasyarakat maupun ketika melanjutkan diperguruan tinggi.