Matahari sore itu terik sekali, penonton berkerumun mencari titik-titik teduh, dibawah pohon. Yang dibelakang kadang jinjit untuk bisa menyaksikan tim kesayangannya bermain, ada juga menunduk mencari rongga disisi kerumuman penonton yang kosong.
Yang dirantau memonitor via telpon, menunggu hasilnya yang dikabarkan oleh teman atau kerabatnya yang menyaksikan langsung pertandingan dilapangan.
Kadang ketegangan didalam lapangan atau keseruan permainan terlewatkan karena mungkin dihalangi penonton atau tiba-tiba menunduk karena lagi balas chat. Tidak ada siaran ulang, untuk bisa melihat kembali. Hanya mendengar melalui cerita.
Ilustrasi diatas mungkin pernah dialami semua orang, sebelum channel yutub orang kadatua menyerang. Betapa susah dan jengkelnya kala itu, ketika ada insiden, keseruan atau gol yang terlewat.
Bagi saya dan mungkin sebagian orang yang tidak terlalu hobi bola, kejengkelan karena itu bisa ditaktisi, paling tidak bisa mengarahkan pandangan kebeberapa sisi luar lapangan. Melihat warna kepiting rebus yang merah bergairah dipipi-pipi penonton hawa yang simetris. (Ah, abaikan paragraf ini, ini hanya kamuflase, hehe)
Hingga suatu waktu dalam turnamen merantau cup yang belum lama usai, cerita seru, tegang, dll yg kadang terlewatkan itu, yang sebelumnya hanya didengar melalui cerita & dilustrasikan dalam imajinasi, bisa ditonton diyutub, terakhir dua pertandingan anak-anak didesa kaofe, dan turnamen dawai cup di desa banabungi yang kini masih berlangsung.
Unggahan video-video itu, muasalnya dari lensa HP milik badaru, ia rekam setiap detik pertandingan, meskipun dibawah terik panas matahari. Setelah ia rekam diedit, lalu diunggah via channel yutubnya, kemudian ia share via medsosnya. Rasa haus dan penasaran pun terobati. Kapan pun dimana pun, asal ada paket data atau sambungan tetring dari teman, bisa ditonton.
Channel yutubnya sudah mencapai 943 subreker menuju 1000 untuk bisa dimonetisasi. Tayangan videonya kadang mencapai seribu lebih. Luar biasa. Hormat tinggi-tinggi!