Siang itu sekitar jam 2  Kapal Dobonsolo dari arah timur merapat di pelabuhan murhum suasananya beda sekali dari biasanya,  bak kerumunan semut, para perantau dan penjemput menyelimuti.

Momen seperti ini memang bukan hal baru, tiap tahun dikala jelang lebaran, para perantau pulang. Rindu merayakan hari raya dan ingin bernostalgia bersama sanak famili dan handai tolan dikampung halaman.

Seperti biasa hadirnya perantau ini, menghidupkan susana desa. Yang sebelumnya senyap sepi bak kota mati, kini  ramai.

Lalu lalang kendaraan roda dua cukup lancar, ada yang sekedar jalan-jalan melihat perkenbangan desa, juga ada mengujungi  rumah teman masa kecil untuk sekedar bernostalgia tentunya dengan pakaian keren dan wajah yg glowing. ๐Ÿ˜„

Tetapi kehadiran mereka harapannya jangan hanya melepas rindu yang kesannya semu tanpa arti, tapi juga bagaimana menggerakan ekonomi desa walaupun itu hanya sementara.

Mereka datang dari rantau ke Kampung halaman bukan hanya membawa segepok rindu tapi kantong-kantong mereka juga tebal.

Alangkah bagusnya, isi kantong para perantau ikut diputar, kebutuhan lebaran dibelanjakan didesa misal ayam, ikan, dan kebutuhan lainnya agar ekonomi desa pun ikut bergerak. 

Agar pulang tak sekedar kembalinya badan dan kenangan, tapi pikiran yang membangkitkan kepedulian.