"Selama Toko Buku ada selama itu pustaka bisa dibentuk kembali kalau perlu dan memang perlu pakaian dan makanan dikurangi" - Tan Malaka -

(Suasana Pasar Buku Keliling Patjar Merah)

***
Semenjak melanjut studi di Kota ini keterteraikan akan dunia literasi mulai tumbuh, bagaimana tidak ketika lagi ngumpul atau nongkrong sama teman-teman, obrolan selalu dikaitkan dengan bacaan, maka mau tidak mau untuk menyeimbangkan dan menyambung obrolan sayapunharus membaca, entah itu buku ataupun artikel. Ya membaca itu penting, selain membentuk pola pikir, menambah perbendaharaan kata juga mencerdaskan.

***

Sejak mengenyam baku sekolahan mulai SD hingga SMA, hingga kuliah kita selalui dicecoki dengan pelajaran dan sumbernya dari buku, tapi ternyata hal ini tidak membiasakan kita untuk membaca, Entah karena apa, berdasarkan survei di 61 negara yang berasal dari studi "Most Littered Nation in the World 2016" menyebut bahwa minat baca ndonesia kita sangat rendah, Indonesia ditempatkan  diurutan 60 setelah Boswana.

Apa yang salah?

Kalau berdasarkan pengalaman saya, sebenarnya minat itu ada hanya akses dan lingkungan.
Akses disini berkaitan dengan akses, harga dan akses buku.

Buku-buku yang tersedia di toko sangat mahal tidak begitu terjangkau, apalagi seperti kami yang tinggal di Pulau yang mayoritas pendapatan masih rendah dan, begitupun dengan lingkungan, dikeluarga khususnya selama ini tidak dperkenalkan dengan bacaan, disekolahpun begitu, siswa hanya disuruh pelajari buku yang berkaitan dengan mata pelajaran, padahal buku-buku pelajaran sangat membosankan, isinya pun berat.

Harusnya untuk memacu minat dimulai dari akses harga, akses bacaan ringan dan lingkungan.
Jika ketiganya bisa dilakukan, saya yakin akan banyak yang cinta pada buku.

Seperti halnya kampanye literasi yang dilakukan oleh PATJAR MERAH di Kota Malang.

Saya yang kebetulan ada di Malang siang kemarin berkesempatan datang ke acara tersebut, dipintu masuk sebelah kiri terpampang Quotes populer Tan Malaka menyapa pengunjung yang datang, seolah memberi isyarat bahwa pentingnya menghidupkan literasi bila perlu makan dan pakianpun dikurangi. Pesan yang begitu keras, tapi patut untuk direnungkan.


Segaimana kita ketahui bersama baik dari tontonan atau buku-buku sejarah bahwa awal mula pergerakan kemerdekaan dimulai dari orang-orang terdidik dan penggila Buku. Mereka adalah Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Tan malaka dll....  atas kegilaan mereka pada buku yang menghasilkan gagasan tentang kemerdekaan, mereka diasingkan yang menurut Belanda sangat membahayakan. Gagasan mereka akan kemerdekaan juga yang kemudian menginspirasi masyarakat Indonesia kala itu untuk melawan. Dan pada akhirnya 17 Agustus 1945,  kitapun berani memprolamirkan kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia Sungguh Luar biasa, begitu pentingnya membaca melahirkan gagasan hingga menuai kemerdekaan.

Dalam acara yang bertajuk Festival dan Pasar Buku Keliling patjar merah tersebut memamerkan ratusan ribu buku bacaan, harganyapun sangat terjangkau diskonnya hingga 80%, disini seolah pihak penyelenggara memanjakan dompet pengunjung yang haus akan buku, pantauan saya kemarin banyak pengunjung yang kalap satu totebag berisi hingga puluhan buku. sayapun demikian kalap 6 buku padahal ini tanggal tua,. hehehehe.....

(Hasil Kalap di Patjar Merah)

Ternyata kalau didekatkan dengan buku dan harganya terjangkau warga kita antusias. Saya berharap kegiatas seperti ini sering-sering diadakan bukan hanya dii Jawa saja, tapi diseluruh Indonesia.
Suatu kisah negeri nun jauh disebrang lautan, negeri itu saya juluki sebagai antah beranta karena diurus oleh yang salah urus, rajanya sangat dungu. Dungu karena pos-pos kekuasaan dikuasi oleh sanak familinya, dan diskelilingi oleh parah bedebah nan penjilat.


Dulu para penjilat ini adalah orang-orang tangguh, keras terhadap ketidakadilan dan  kritis pada apa yang dilihat tidak sesuai dengan pakem negeri, tapi setelah masuk istana ldan aja memberi makan dan jabatan, perilaku mereka berubah total laksana hewan ternak yang dikandang, lehernya diikat, dan turut pada perintah tuan.

Suatu ketika rakyat biasa mengeluh tentang urusan negeri, soal titah raja yang ia nilai tidak pro pada kebutuhannya, lalu sipenjilat itu mengolok dan rakyat disuruh buka dan cari data yang berisi angka-angka tentang tumbuh kembangnya negeri itu.

"wahai pengawal raja, saya rakyat biasa tidak tahu menahu bagaimana membaca angka-angka itu, yang saya tahu kebutuhan kami terpenuhi" ucap rakyat menanggapi omongan si penjilat.

Lalu si penjilat menjawab pertanyaan rakyat itu dengan penuh kekesalan "kalau kisanak tidak paham, jangan sesekali membatah atau melawan titah raja!"

Duh.... kasian rakyat kecil itu, dijawab dengan seperti itu. "Oh begini kah anak negeri yang sudah mengenyam baku sekolahan dan berada dalam lingkaran?" ucap seorang dalam hati.

***
Hari ini usia negeri sudah lima tahun, usia yang boleh dibilang masih sangat belia, tapi laku pejabatnya sungguh bikin geleng kepala, bagaimana tidak pemimpinnya seolah pemilik negeri ini sendiri, yang lain ngontrak, kerabatnya menguasai semua lini jabatan. konon mayoritas pebanguan dialihkan kekampung asalnya, kampung lain hanya diberikan sisa.

Tak hanya itu kemarin para pemuda ingin menemuinya untuk menyampaikan ide untuk kebaikan negeri, mereka adalah anak-anak negeri yang sudah menyenyam bangku sekolah, tapi lagi-lagi si raja acuh, tidak mau menemui mereka dan bahkan menerobos kerumunan pemuda itu, hingga sala satu pemuda dikabarkan kena tabrak dan merintih kesakitan.

Sungguh kejam, dan begitu dungunya!
Kasian negeri ini.


Jazirah Buton yang membentang dari ujung Ereke hingga ujung Binongko, banyak menyimpan kekayaan alam, mulai dari, hutan tropis, bahari, aspal, dan tak kalah pentingnya adalah wilayah ini juga masuk dalam jajaran kerajaan-kerajaan besar Maritim di Nusantara. Yang di Kenal luas sebagai Kesultanan Buton kala itu.

Melihat ragam potensi dan histrori itu yang kemudian  mengugah warga Buton dari generasi ke generasi untuk ingin memperjuangkan pemisahan diri (baca: Pemekaran) dari Provinsi Sulawesi Tenggara agar menjad mandiri, serta mengembalikan kebesaran nama Buton. Tapi perjuangan tersebut selalu menemui jalan berliku dan tantangan yang begitu berat, apalagi sejak diberlakukannya kebijakan moratorium pemekaran daerah tahun 2014 lalu.

Walaupun keran moratorium belum dibuka, tapi tidak menyurutkan semangat orang Buton untuk terus menggelora dan menggemakan nama Buton, hari ini (22/7) tepatnya di Auditorium Mokodompit Universitas Halu Oleo (UHO) para intelektual dan birokrat berkumpul. mereka adalah Gubernur Sultra Walikota Baubau, Rektor UHO, Jimly Assidiq, dan sejarahwan UI, membincangkan nama Buton, tapi  bukan soal pemekaran, mereka berdiskusi dalam seminar untuk memperjuangkan seorang "Putra Buton"  untuk diajukan sebagai pahlawan Nasional.

Ia adalah HIMAYATUDDIN MUHAMMAD SAIDI  Sultan Buton yang bergelar Oputa Yi Koo (raja di hutan) karena kegigihannya berjuang dan bergerilya masuk hutan keluar hutan untuk melawan invansi Belanda yang masuk ke wilayah yang dipimpinnya.

Karikatur Oputa Yi Koo (Foto: kendaripos.co.id)

Dikutip dari Sultrakini.com Susanto Zuhdi dalam paparannya mengatakan bahwa seorang pahlawan adalah sosok yang merupakan personafikasi nilai yang dianut atau diteladani oleh masyarakatnya karena sikap tindakan serta keberaniannya. Sultran Himayatuddin adalah sosok yang berani dan memiliki karakter istimewa, olehnya itu ia tidak sekedar primus inter pares atau the great man tetapi adalah event making man sehingga layak disebut hero (pahlawan).

Maka memperjuangkan nama Oputa Yi Koo sebagai Pahlawan Nasional buka sekedar untuk menghormati jasa beliau, tapi bagaimana menyosialisikan nilai  dibalik nama Oputa Yi Koo itu sendiri agar diteladani khalayak umum, dan lebih khusus bagi orang Buton juga ini merupakan salah satu momen penting untuk mengepakkan sayap, terbang di langit ingatan masyarakat Indonesia, agar nama Buton lebih dikenal luas. dan menegaskan bahwa Buton bukan hanya Wakatobi, Benteng Keraton, dan Aspal tapi punya Pahlawan yang menginpirasi.

Sebuah kalimat bahasa indonesia yang diserap dari bahasa latin yang pertama kali saya temukan saat ujian TPA beberapa waktu lalu, kalimat itu tertera dalam soal dibagian subtetst sinonim, saya tidak tau artinya apa, saya jawab saja sembarang.

Setelah ujian, kalimat itu terus membekas dibenakku, tiba dikost saya searching ternyata arti dari kalimat tersebut adalah "Hendak Pergi Kemana?"

***
Tadi kebingungan mau nulis tentang apa, maka seperti biasa sebelum memulai menulis saya cari dulu artikel yang bisa saya jadikan bahan untuk diolah menjadi tulisan ,saya  mulai dari baca opini di Harian Kompas, Media Indonesia, Kolom Tempo, belum juga ada ide, materi-materinya cukup berat, mau pengen nulis tapi takut stag dintengah jalan.

Saya coba cari lagi,,,,, 
dan saya temukan tulisan di Blog Timur angin, yang berjudul "Mencari Yusuf di Istana Wapres". saya baca paragraf demi paragraf. 

Tulisan ini berkisah tentang penulisnya yang menghadiri acara Halal Bihalal IKA Unhas yang diadakan diintana wapres, acara yang dihadiri banyak alumni, karena kebetulan mungkin perjumpaan terkahir mereka dengan seniornya Jusuf Kalla yang menjelang purna tugas sebagai Orang No 2 di Indonesia, dan sebentar lagi akan digantikan dengan seorang Kyai dari Banten.

Jusuf Kalla memang bukan sekedar tokoh biasa, tapi ia panutan banyak orang, khusunya bagi kami anak Timur Indonesia, bagaimana tidak wilayah yang penduduknya secara demografi boleh dibilang kecil dibanding dibarat Indonesia, bisa juga menjadi orang nomor 2 dinegeri ini. Dan Jabatan itu tidak gampang diperolah, JK merintis karirnya dari daerah, hingga dilirik dipentas politik nasional.

Dalam blog tersebut Penulisnya menyimak apa yang disampaikan Jusuf Kalla saat menyampaikan pidato sambutan, dalam piadatonya JK menitipkan pesan kepada semua yang hadir, bahwa  "Gabung disemua organisasi sosial bangun reputasi dan kompetensi. Yakinlah orang Jakarta akan mencari Kalian"

Sebuah pesan yang menantang dan inspiratif, khususnya bagi saya yang hari ini menjelang akhir studi dan masih kebingungan memulai dari mana. Maka refleks dipikiranku terlintas kalimat, QUO VADIS BUNGYUS?

Pertanyaan yang mungkin saya akan jawab, dikemudian hari.
Tapi kalau belajar dari perjuangan seorang JK  dalam hal ini memulai dari organisasi, saya juga suka bergaul, saya suka berkomunitas, saya suka berorganisasi, saya suka bertemu dengan orang-orang baru, sisa kompetensi dan reputasi yang mungkin ini belum terlihat. InyaAllah saya akan coba ketika kelak sudah masuk ke dunia luar. Yakin!!!!


Melihat anak muda kreatif selalu membuat saya merasa kagum dan bangga, sekaligus ingin menegaskan bahwa anak muda tak selalu identik dengan hura-hura maupun keluyuran gak jelas. Merekapun bisa berkontribusi sesuai minat dan bakatnya masing-masing.

(Capture videoclip "Kakesano Pulo Kadatua", nonton klik DISINI)

Kali ini kebanggan itu datang dari anak Muda yang penuh talenta, nama lengkapnya Jarwin iso atau akrab disapa Daru, yang sekarang berprofesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah di Kec. Kadatua, diselah-selah kesibukannya mengajar ia juga melatih tari disanggar yang ia dirikan beberapa tahun lalu.

Di Kadatua sendiri memang sangat jarang orang yang bekerja dan bisa menyisihkan waktunnya diluar untuk  mengembangkan potensi generasi kadatua khusunya dibidang seni. Tapi bagi dia ini merupakan panggilan jiwa, "kalau bukan kita siapa lagi" sebuah kalimat yang ia ungkapkan ketika saya tanyai via mensenger beberapa bulan lalu.

Memang kalau dilihat konteks kadatua hari ini, keseniaan dan kebudayaannya perlahan tergerus, sudah jarang diadakan acara-acara yang bertajuk keseniaan dan kebudayaan, padahal banyak sekali ragam seni dan budaya yang diwariskan oleh leluhur. Mulai dari, Posuo, pekakaua, manca dan lain sebagainya. Realitas itulah yang seharunya menjadi tamparan keras sekaligus intropeksi bagi kita semua, siapa lagi yang menjaga dan melestarikan warisan leluhur kita?

Hari ini Daru sudah memulai, ia rintis dari sanggar kecil yang ia dirikan, lalu masuk diranah luar, kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana tari kolosal yang ditampilkan oleh anak didiknya di Turnamen Merantau Cup yang membuat penonton terkagum-kagim, dan kemudian baru-baru ini ia membuat terobosan untuk membuat Video Clip lagu "KAKESANO PULO KADATUA. Sekali lagi kita dibuat tercengang saat video itu dipublikasi dikanal Youtube.

Saya yang kebetulan mendowload dan memostingnya kembali video tersebut di Grup KAMPUNG KADATUA, dikolom komentar banyak menuai pujian dari warga kadatua diberbagai pelosok perantauan, mereka terharu dan bangga bahwa lagu yang sudah jarang dinyanyikan dan bahkan dilupakan oleh generasi zaman now ini, diaresemen dan dinyanyikan  kembali dengan merdu versi kekinian. mengingatkan mereka akan kampung halaman.

Olehnya dari seorang Daru kita bisa belajar bahwa sebagai generasi kadatua, harusnya turut serta ambil bagian dalam membangun dan membumikan Kadatua, apapun jalurnya, jika ia melalui jalan seni, kita juga bisa melalui jalan lain sesuai bakat dan potensi masing-masing.

Tinggal di dataran tinggi seperti malang memang mengasikkan, selain pemandangan yang keren juga sejuk dan dingin, tapi ada kurang baik juga. Apa itu? Ketika langit terjadi fenomena langkah. seperti tahun kemarin dibulan yang sama yakni juli terjadi gerhana bulan total. Banyak warga yang mengabadikannya dan mempostingnya via medsos.

Saya yang menunggu sejak beberapa hari sebelum terjadi fenomena langkah itu juga ikut bersemangat ingin melihatnya langsung dan rencana akan mengabadikannya dan memostingnya diakun medsos saya, tapi pas hari yang dinanti itu tiba ternyata zonk, cuaca langit malang berawan dan berkabut. Alhasil kesal dan kecewa.

Tapi ternyata kesempatan itu datang lagi, 3 hari lalu Tempo memberitakan bahwa akan terjadi gerhana parsial pada rabu dini hari, tepatnya hari ini 17 Juli 2019, saya yang sudah menanti sengaja  tadi tidur lebih cepat sekitar jam 11 lewat dan mensetting alarm jam 2 dini hari.

Dan Alarmpun bunyi..... 
Saya bangun langsung minum air segelas lalu sebats (Baca:sebatan), dan naik ke lantai 3 kostan. Alhamdulilah cuaca lagi cerah-cerahnya. terpampang jelas dengan mata telanjang saya bulan yang ditutupi bayangan itu. sayapun langsung ambl Hp untuk memotretnya, eh ternyata hasil potretnya buram, maklumlah Hp murahan, kualitas kameranya berbanding lurus dengan harga. wkwkkwkkw....

Tapi untungnya ada aplikasi STARWALK2, aplikasi yang memudahkan akses bagi warga yang tidak memiliki teropong atau kamera canggih untuk melihat fenomena langit secara live dan bisa di zoom.

(Penampakan gerhana bulan, hasil screenshot di aplikasi starwalks2)

(Penampakan gerhana bulan hasil potres dg menggunakan kamera HP)
itulah ungkapan singkat yang saya kutip dari blog timur angin,
Tapi begitulah tantangannya jika kita menjadi penulis, mungkin sering  ketika menulis masih sering membaca ulang karena takut salah ataupun masih dihantui oleh pikiran yang kemudian membuat jari kanan ingin memencet tombol :backspace", menghapus dan mengedit tulisan.

Anda tidak sendiri, saya juga demikian......

Saya menulis inipun kadang masing terbelenggu dengan hal diatas tapi coba saya lawan, membiasakan diri seperti yang diungkapkan Alm. Hernowo, bahwa untuk menjadi penulis pemula terlebih dahulu latihan fisik dulu, artinya disini alirkan bebas dulu pikiran kita apapun yang terlintas hantam saja, meskipun berantakan, jangan coa-coba melihat kembali ataupun memencet tombol "backspace" itu akan membuat pikiran kita terhambat dan menemui kebuntuan.


Pokoknya dipikiran kita hanya bagaimana halaman kosong ini bisa terisi minimal setengahnya, dengan kalimat-kalimat dan kata-kata meskipun tidak indah tapi kalau tiap hari dibiasakan, akan indah pada waktunya, tidak ada penulis yang tulisannya langsung bagus ia juga pasti berposes.

Olehhnya hantam saja,, tak perlu takut,,, dan usahakan ini harus ada progress... minimal satu minggu pertama latihan fisik dulu, minggu kedua tingkatkan, dengan membaca buku ataupun artikel singkat terlebih dahulu, atau nonton tontonan yang menarik semisal wawancara tokoh atau acara TV semacam Mata Najwa/ILC, ingat poin poin penting yang mereka paparkan, lalu gambungkan dengan pendapatmu, setelah tuliskan, meskipun mungkin ada kosakata kata berulang, abaikan dulu itu proses, paling tidak bisa dielaobaorasn antara pendapat dalam bacaan atau argumen tokoh dengan pendapat kita kemudian ditungkan dalam bentuk tulisan. step by step... lama kelamaan akan tertata dengan sendirinya nanti., dan harus konsisten, jangan ada jeda.
Rencana menuntaskan urusan di Kampus pagi tadi, tapi karena terjebak macet dalam kampus yang kebetulan situasi pas lagi tes Seleksi Mandiri Calon Maba,akhirnya saya tuda, saya alihkan pergi ke Toko Buku, tepatnya di Gramedia Basuki Rachmat, sampai disana bingung mau nyari buku apa, sejenak terlintas dipikiran tentang politik identintas langsung ingat bukunya Burhanudin Muhtadi judulnya "Populisme Politik Identitas dan Dinamika Eelektoral"

Buku ini saya tahu saat penulisnya menyampaikan pendapatmya di acara ILC ia juga mempromosikannya, maka tadi langsung tanya pelayannya untuk dicarikan buku tersebut. cek per cek ternyata bukunya kosong.

(Penampakan speaker BORU)

Nah karena kadung disana, sayang kalau gak bawa apa-apa,  maka tadi sekalian aja cari headset HP ,, eh ternyata tetap sama, barangnya juga kosong, pelayannyapun lansung menawarkan speaker bluetooth kecil Merk "BORU: harganya 99ribu, ia pun langsung membuka dosnya dan ia suruh saya untuk mengetes.

Bunyinya lumayan keraslah meskipun agak cempreng, tapi kalau untuk di kamar kost mantap juga,,, apalagi saat mandi sambil muter lagu dj atau rock, pas sekali bisa buat jingkrak-jingkrak, untuk sekedar melawan dinginnya pagi. wkwkwkkwk.....

Sebelum saya sampai pada kesimpulan untuk membeli barang tersebut saya coba review harganya di Bukalapak dan Tokopedia, ternyata betul harganya segitu, yaudahhh langsung saya beli.
Pertanyaan itulah yang selalu membayangi pikiran saya akhir-akhir ini semenjak mengenal dunia perbloggeran, meskipun kadang berat, harus mulai dari mana, tapi inilah tantangannya, blog seolah menjadi beban sekaligus candu.

Beban karena merasa sayang, sudah capek-capek dibuat dan didesain terus tidak diisi itu mubazir, jika yang punya Google bisa ngamuk, pasti sudah digeruduk kos-kosan saya, makanya kalau tidak diisi, seperti ada perasaan takut. hehehehe.... dan candu karena seolah adah mainan baru, sunggung menantang, disini seolah diuji sejauhmana kemampuan saya dalam merangkai kata menjadi kalimat serta seberapa banyak kekayaan kosakata yang saya miliki.

Malas nulis iya.... tapi harus dilawan,itulah konsekuensi menjadi blogger meskipun masih amatiran....... :)

***

Tadi saya menemukan qoutes yang membuat saya merasa terpacu utntuk menulis disenin pagi hari ini (ya tulisan ngalor-ngidul yang kisanak baca sekarang ini). Qoutes itu diposting oleh akun intagram Indonesian Social Blogprenur (ISB), kalimatnya seperti ini "Blog yang baik adalah blog yang dipost". meskipun singkat tapi bagi saya dalam maknanya, saya coba tafsir bahwa apapun isi blogmu jangan ragu untuk diposting. Betul juga sih, ini blog gue, semau-mau gue donk mau posting tulisan apa,, hehehehhe.........


Jadi insya Allah pertanyaan diatas saya akan usahakan menjawabnya melalui praktik, ,meskipun mungkin gak bisa sehari paling tidak seminggu sekali dululah,, step by step.
Oke, kayaknya itu dulu tulisan saya hari ini waktu sudah menunjukkan pukul 07:30, cari kue dan panaskan air dulu. sarapan dan sebats............
Beberapa tahun belakang ini santer para sebagian kades di Kadatua membuat program pengadaan PERAHU NELAYAN (Sampan) tanpa motor, yang dananya bersumber dari DANA DESA. Konon nominal yang dIkucurkan mendekati angka ratusan juta. Luar biasa ANGKA YANG BEGITU FANTASTIS.


Bantuan Perahu ini rencana akan dibagikan kepada nelayan yang telah didata dan masuk kriteria. Bagi sebagian orang mungkin ini keren, karena dana desa dipakai untuk warga.

Tapi kalau dipikir-pikir kok bisa sampannya tanpa motor, bukannya kalau seperti itu akses nelayan terbatas? Mengingat laut kita sebagian besar karangnya sudah rusak, ikan-ikanpun sudah jauh. Dan nelayan harus melaut ditempat yg jauh pula.

Bukannya ini sudah TAHUN 2000, sahut nariyah salah satu band Qasidah yang hits diera 90an.... 
"........Kerja serba mesin, berjalan berlari menggunakan mesin, makan dan minum menggunakan mesin......sungguh mengagumkaaaaaannnnnn tahun 2000......"

Lagiankan ini usulan warga, tidak salah donk, namanya juga usulan ya harus dilaksanakan.
Usulan warga memang bagus, tapi harus dilihat sisi manfaatnya. Apakah dengan bantuan ini bisa meningkatkan taraf hidup mereka, atau jangan-jangan hanya jadi pajangan kolong rumah saja. Kan kasian..... uang segitu banyak habis cuma-cuma.

Usulan Program seharusnya didasarkan pada kebutuhan, bukan kemauan. Disini Kadesnya seharusnya jeli, bagaimana mengelaborasi usulan warga dan tuntutan masa kini, yang sarat akan mesin & teknologi. Agar memudahkan akses nelayan utk mendapatkan hasil berlimpah serta bisa meningkatkan ekonominya.

Bukan karena bagi rata dan bagi rasa, ataupun ikut2kan program desa sebelah lalu di copas, dijadikan program lagi. Dan terus menerus tiap tahun sampai semua warga kebagian sampan satu orang satu. 

Olehnya ini harus dievaluasi, manakala tidak berdampak positif sebaiknya di hentikan, dan diganti program yang lain. Sayang uang negara kalau dihambur-hamburkan cuma-cuma.
Siapapun yang tertarik dengan studi-studi inovasi pembangunan di daerah pinggiran, tentu pernah mendengar desa ini. Ya.... Desa Pujon Kidul, masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Malang, lokasinya tidak jauh dari Kota Wisata Batu. 

Desa yang sempat viral beberapa tahun belakang ini karena inovasi yang dilakukan oleh Kepala Desanya. Saya yang kebetulan tinggal di Malang dan tidak jauh dari lokasi desa tersebut sudah mengunjunginya sebanyak tiga kali, tak pernah bosan, setiap saya kesana selalu ada saja yang berubah. Yang sebelumnya hanya Cafe Sawah, sekarang ditambah lagi, terakhir saya kesana akhir juni lalu, sudah ada "Fantasy Land" spot selfie yang menyediakan taman bunga.

Pengunjungnya  sangat ramai, banyak wisatawan yang datang bahkan dari luar kota sekalipun, menurut pengakuan Kadesnya sebagaimana dikutip dalam media online TEMPO.CO, wisatatawan yang datang ke desa wisata pujon kidul  rata-rata per hari saat hari kerja 3000 pengunjung dan 5000 pengunjung kalau hari libur.  Omsetnyapun tak main-main dan bahkan meningkatan PADes, data tahun 2018 kemarin mencapai 1.8 milyar, dan tahun ini dutargetkan mencapai 2.5 milyar. Sungguh luar biasa. Tak heran banyak stasiun TV mengundangnya salah satunya ACARA TALK SHOW "KICK ANDY" untuk berbagi kisa sukses. Kereeennnnnnnnnnnn..............












Meskipun pilkadesnya sudah berakhir, tapi proses sampai pada penetepan namapaknyaa belum menemui titik terang, prosesnya masih bergulir ke TIM PENYELESAIAN SENGKETA KABUPATEN, hal ini karena pihak yang merasa dirugikan mengajukan keberatan atas pelaksanaan yang diklaim sarat akan pelangaaran-pelanggaran.

Pihak yang merasa dirugikan disini adalah pihak 01 yang memperoleh suara 276 kalah tipis satu suara dibanding rivalnya 03 dengan perolehan suaran 277.

Keberatan yang dilayangkan adalah soal DPT, ada ditemukan warga luar yang memilih, padahal menurut dokumen surat pernyataan yang salah satu poinnya menyebut perihal DPT telah ditandatangani oleh masing-masing calon artinya telah disepakati, berarti urusan DPT seharusnya kelar.

Lalu muncul pertanyaan:
Apakah pelaksanaan PILKADES 24 juni kemarin sudah sesuai dengan isi dokumen tersebut? Lalu apakah dokumen tersebut sudah sesuai perintah regulasi, dalam hal ini Perbup?

Jika ya, berarti tidak ada persoalan, semua clear.
Jika tidak bagaimana?
Ini yang menjadi duduk persoalannya. Yang harus dicermari dan ditelaah.

Karena ini hal baru di Kadatua, yang sebelumnya jika pilkades kelar maka kelar semua tinggal menunggu pelantikan. Tapi kali ini berbeda YANG KALAH MENGUGAT, tentu mungkin sebagian dari kita menyikapinya dengan emosi dan beranggapan kasus ini soal ego tidak mau kalah, ambisi dan lain sebagainya, dan bahkan ada yang menganalogikan seperti KIPER memasukan Bola digawangnya sendiri.

Entah apa maksud analogi tersebut.
Tapi alangkah baiknya kita lepaskan dulu emosi yang membelenggu dipikiran kita. Sembari merenungi ucapan gusdur "berpolitik cukup sampai tenggorokan, jangan sampai hati, agar tidak sakit hati. Karena ini demokrasi yang merupakan produk ilmu pengetahuan berarti domainnya adalah logika bukan hati.

Maka sebaiknya kita membuka pikiran, membaca regulasi sebagai pedoman pelaksanaan, apakah pilkades kemarin sudah sesuai atau tidak. Jika hal ini dilakukan, manakala nanti diaksanaan pesta demokrasi kembali, kita bisa belajar, agar pelanggaran tidak terulang dan akan tercapai kedewasaan dan mencapai kematangan dalam berpolitik.
Meskipun Pilkades serentak busel yang diselenggarakan 24 juni kemarin sudah selesai, tapi disebagian desa masih menyisahkan persoalan, dikutip dalam media publiksatu.com ada 10 desa yang mengikuti pilkades yang mengajukan gugatan, tiga diantaranya di Kecamatan Kadatua yakni: Kapoa, Waonu, dan Mawambunga.

(Rekapitulasi Perhitungan Suara Pilkades Kapoa)

Diantara tiga desa tersebut yang santer diberitakan media adalah Desa Kapoa, karena perolehan suara yang sangat tipis yaitu selisih satu suara, Calon No. urut 3 SAMSUDIN memperoleh 277 sedangkan No. urut 1 USMAN memperoleh 276 suara. kemudian diduga pelaksanaan pilkades cacat hukum, karena ditemukan warga yang belum terdaftar sebagai warga kapoa tapi bisa memilih. Hal kemudian membuat Calon No. 1 melayangkan gugatan kepada Panitia penyelenggara PILKADES.

(Surat Pernyataan)

Banyak tudingan yang dilontarkan warganet kapoa di Grup KAMPUNG KADATUA terkait persoalan ini khususnya pendukung No, 3 mereka menyebut bahwa, pelaksanaan sudah sesuai mekanisme dan sebaiknya yang kalah legowo dan patuh apa yang sudah disepakati. hal tersebut didasarkan pada surat pernyataan terkait DPT telah ditandatangani masing-masing calon.

Bahkan salah satu warganet yang juga merupakan Ex Guru SD, mengibaratkan kasus gugatan ini seperti seorang kiper yang memasukan bola gawangnya sendiri, mungkin yang ia maksud adalah Panitia, karena memang paniti masih memiliki kedekatan dengan calon no. 1, kalau ndak salah masih ponakan dan paman.

Tapi analogi diatas saya rasa kurang tepat, megingat yang tergugat tidak menggugat dirinya sendiri, yang mengugat disini adalah Calon No. 1 dan yang tergugat adalah Panitia. Meskipun ada hubungan kekerabatan, tapi di ranah hukum, mereka adalah CALON dan PANITIA.

Sungguh menarik, karena ini merupakan kasus baru di Kadatua yang selama ini tidak pernah terjadi, yang sebelumnya jika perhitungan selesai maka berakhir pula perdebatann, tinggal tunggu pelantikan, tapi kali berbeda pihak yang kalah menempuh jalur hukum, meskipun mungkin proses ini menguras emosi warga, tapi disinilah warga kapoa diuji, sejauh mana menyikapi perbedaan politik dengan dewasa.

Olehnya itu dari pada berkomentar yang bisa menyulut emosi, mending menahan diri, sembari mengikuti perkembangannya dan mengawasi pihak yang bertugas menyelesaikan sengketa ini agar tidak masuk angin,
Jika berbicara tentang Malang tentu terlintas dipikiran kita yang pertama adalah wisata, karena memang daerah ini banyak sekali objek wisatanya mulai dari wisata buatan hingga alam yang sungguh mempesona, banyak orang dari berbagai penjuru tanah air hingga turis asing datang ke Kota ini, untuk menikmati objek wisatanya.

Dan khusus penikmat rokok tak lengkap rasanya jika belum berkunjung ke Toko "TAMAN TEMBAKAU CIGAR CORNER".

***

Taman Tembakau "cigar corner" terletak di Jalan Jend. Basuki Rachmat, dekat dengan kampung wisata Heritage, merupakan salah satu toko tua peninggalan Belanda di Kota Malang yang masih eksis hingga sekarang, saya yang sudah kurang lebih tiga tahun tinggal di Kota ini, sebelumnya tidak pernah tahu atau mendengar, padahal sering lewat di kawasan ini, baru tahu nanti setelah teman datang jalan-jalan dan minta dicarikan cangklong dan tembakau untuk oleh-oleh.

Singkat cerita awalnya saya juga bingung, dimana yang jual itu, cari di Google, muncul nama Toko ini, maka tak berpikir panjang langsung otewe untuk mengecek langsung, sampai disana sekitar jam 4 sore, ternyata tokonya sudah tutup, kami tanya orang disekitar situ, katanya tokonya buka dari pagi sampai jam 1 siang saja. kamipun balik lagi ke kost.

Esoknya harinya sekitar jam 9 pagi kami datang lagi dan alhamdulilah tokonya buka, masuklah kami dan disambut oleh dua orang penjaganya dengan senyuman yang sangat ramah, sambil berbelanja, saya coba tanya-tanya tentang Toko ini.

Ternyata dua diantara penjaga yang melayani kami ini adalah pemilik toko tersebut, saya juga lupa menanyakan namanya, tapi menurut pengakuannya toko ini sudah lama sejak kakeknya membeli toko ini dari tangan belanda, ia merupakan generasi ketiga, toko ini ia warisi dari bapaknya,

Banyak jenis yang dijual mulai papir, cangklong, pipa, hingga tembakau lokal dari berbagai daerah di Indonesia, dan salah satu pemasok terbesar tembakaunya adalah dari petani jember, tembakau jember tersebut yang biasa dipakai sebagai bahan cerutu kuba.


(Pemilik Toko sebelah kanan saya)