"Selama Toko Buku ada selama itu pustaka bisa dibentuk kembali kalau perlu dan memang perlu pakaian dan makanan dikurangi" - Tan Malaka -
(Suasana Pasar Buku Keliling Patjar Merah)
***
Semenjak melanjut studi di Kota ini keterteraikan akan dunia literasi mulai tumbuh, bagaimana tidak ketika lagi ngumpul atau nongkrong sama teman-teman, obrolan selalu dikaitkan dengan bacaan, maka mau tidak mau untuk menyeimbangkan dan menyambung obrolan sayapunharus membaca, entah itu buku ataupun artikel. Ya membaca itu penting, selain membentuk pola pikir, menambah perbendaharaan kata juga mencerdaskan.
Sejak mengenyam baku sekolahan mulai SD hingga SMA, hingga kuliah kita selalui dicecoki dengan pelajaran dan sumbernya dari buku, tapi ternyata hal ini tidak membiasakan kita untuk membaca, Entah karena apa, berdasarkan survei di 61 negara yang berasal dari studi "Most Littered Nation in the World 2016" menyebut bahwa minat baca ndonesia kita sangat rendah, Indonesia ditempatkan diurutan 60 setelah Boswana.
Apa yang salah?
Kalau berdasarkan pengalaman saya, sebenarnya minat itu ada hanya akses dan lingkungan.
Akses disini berkaitan dengan akses, harga dan akses buku.
Buku-buku yang tersedia di toko sangat mahal tidak begitu terjangkau, apalagi seperti kami yang tinggal di Pulau yang mayoritas pendapatan masih rendah dan, begitupun dengan lingkungan, dikeluarga khususnya selama ini tidak dperkenalkan dengan bacaan, disekolahpun begitu, siswa hanya disuruh pelajari buku yang berkaitan dengan mata pelajaran, padahal buku-buku pelajaran sangat membosankan, isinya pun berat.
Harusnya untuk memacu minat dimulai dari akses harga, akses bacaan ringan dan lingkungan.
Jika ketiganya bisa dilakukan, saya yakin akan banyak yang cinta pada buku.
Seperti halnya kampanye literasi yang dilakukan oleh PATJAR MERAH di Kota Malang.
Saya yang kebetulan ada di Malang siang kemarin berkesempatan datang ke acara tersebut, dipintu masuk sebelah kiri terpampang Quotes populer Tan Malaka menyapa pengunjung yang datang, seolah memberi isyarat bahwa pentingnya menghidupkan literasi bila perlu makan dan pakianpun dikurangi. Pesan yang begitu keras, tapi patut untuk direnungkan.
Segaimana kita ketahui bersama baik dari tontonan atau buku-buku sejarah bahwa awal mula pergerakan kemerdekaan dimulai dari orang-orang terdidik dan penggila Buku. Mereka adalah Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Tan malaka dll.... atas kegilaan mereka pada buku yang menghasilkan gagasan tentang kemerdekaan, mereka diasingkan yang menurut Belanda sangat membahayakan. Gagasan mereka akan kemerdekaan juga yang kemudian menginspirasi masyarakat Indonesia kala itu untuk melawan. Dan pada akhirnya 17 Agustus 1945, kitapun berani memprolamirkan kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia Sungguh Luar biasa, begitu pentingnya membaca melahirkan gagasan hingga menuai kemerdekaan.
Dalam acara yang bertajuk Festival dan Pasar Buku Keliling patjar merah tersebut memamerkan ratusan ribu buku bacaan, harganyapun sangat terjangkau diskonnya hingga 80%, disini seolah pihak penyelenggara memanjakan dompet pengunjung yang haus akan buku, pantauan saya kemarin banyak pengunjung yang kalap satu totebag berisi hingga puluhan buku. sayapun demikian kalap 6 buku padahal ini tanggal tua,. hehehehe.....
Ternyata kalau didekatkan dengan buku dan harganya terjangkau warga kita antusias. Saya berharap kegiatas seperti ini sering-sering diadakan bukan hanya dii Jawa saja, tapi diseluruh Indonesia.
***
Sejak mengenyam baku sekolahan mulai SD hingga SMA, hingga kuliah kita selalui dicecoki dengan pelajaran dan sumbernya dari buku, tapi ternyata hal ini tidak membiasakan kita untuk membaca, Entah karena apa, berdasarkan survei di 61 negara yang berasal dari studi "Most Littered Nation in the World 2016" menyebut bahwa minat baca ndonesia kita sangat rendah, Indonesia ditempatkan diurutan 60 setelah Boswana.
Apa yang salah?
Kalau berdasarkan pengalaman saya, sebenarnya minat itu ada hanya akses dan lingkungan.
Akses disini berkaitan dengan akses, harga dan akses buku.
Buku-buku yang tersedia di toko sangat mahal tidak begitu terjangkau, apalagi seperti kami yang tinggal di Pulau yang mayoritas pendapatan masih rendah dan, begitupun dengan lingkungan, dikeluarga khususnya selama ini tidak dperkenalkan dengan bacaan, disekolahpun begitu, siswa hanya disuruh pelajari buku yang berkaitan dengan mata pelajaran, padahal buku-buku pelajaran sangat membosankan, isinya pun berat.
Harusnya untuk memacu minat dimulai dari akses harga, akses bacaan ringan dan lingkungan.
Jika ketiganya bisa dilakukan, saya yakin akan banyak yang cinta pada buku.
Seperti halnya kampanye literasi yang dilakukan oleh PATJAR MERAH di Kota Malang.
Saya yang kebetulan ada di Malang siang kemarin berkesempatan datang ke acara tersebut, dipintu masuk sebelah kiri terpampang Quotes populer Tan Malaka menyapa pengunjung yang datang, seolah memberi isyarat bahwa pentingnya menghidupkan literasi bila perlu makan dan pakianpun dikurangi. Pesan yang begitu keras, tapi patut untuk direnungkan.
Segaimana kita ketahui bersama baik dari tontonan atau buku-buku sejarah bahwa awal mula pergerakan kemerdekaan dimulai dari orang-orang terdidik dan penggila Buku. Mereka adalah Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Tan malaka dll.... atas kegilaan mereka pada buku yang menghasilkan gagasan tentang kemerdekaan, mereka diasingkan yang menurut Belanda sangat membahayakan. Gagasan mereka akan kemerdekaan juga yang kemudian menginspirasi masyarakat Indonesia kala itu untuk melawan. Dan pada akhirnya 17 Agustus 1945, kitapun berani memprolamirkan kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia Sungguh Luar biasa, begitu pentingnya membaca melahirkan gagasan hingga menuai kemerdekaan.
Dalam acara yang bertajuk Festival dan Pasar Buku Keliling patjar merah tersebut memamerkan ratusan ribu buku bacaan, harganyapun sangat terjangkau diskonnya hingga 80%, disini seolah pihak penyelenggara memanjakan dompet pengunjung yang haus akan buku, pantauan saya kemarin banyak pengunjung yang kalap satu totebag berisi hingga puluhan buku. sayapun demikian kalap 6 buku padahal ini tanggal tua,. hehehehe.....
(Hasil Kalap di Patjar Merah)