Usai sudah pagelaran pesta demokrasi akbar Republik Indonesia, alhamdulilah prosesnya bisa berjalan dengan lancar, tertib, dan aman……..

Meskipun banyak menyisahkan problem, missal sedikit ada kecurangan, maupun beberapa petugas/penyelenggara di tingkat TPS banyak yang mengelami kelelahan hinggu berujung pada kematian. Tapi inilah realita demokrasi pemilu serantak yang diselenggarakan pertama kali, yang konon katanya pemilu kali ini sebagai pemilu terumit didunia.

Ada banyak ilwuman sosial, hingga wapres JK beberapa hari lalu memberikan keprihatinan dan komentar terkait ini, bahwa kedepannya harus di evaluasi.


Disini saya tidak komentari hal demikian (pemilu serentak yang rumit itu), tapi lebih pada mengeluarkan uneg-uneg saya melalui tulisan di Blog ini terkait dengan apa yang dihasilkan oleh pemilu ini khususnya di daerah saya (Buton Selatan), apakah orang-orang yang terpilih sudah merupakan kader unggul yang bias mengawal dan memperjuangkan aspirasi? Mari ikuti cerita saya! hehehehe

Di Kampung saya Buton Selatan (Busel) Pemilu kali ini sangat berbeda dengan pemilu yang lalu-lau, kalua dulu masih tergabung dengan induknya Kabupaten Buton wilayah busel digabung semua dalam 1 dapil yang terdiri dari 7 kecamatan (Batauga, Kadatua, Siompu, Siobar, Sampolawa, Lapandewa, Batu Atas) ketujuhu kecamatan tersebut sekarang masuk wilayah Busel,.

Maka pemilu kali ini wilayah Busel ini dibagi menjadi 4 Dapil: Dapil 1 meliputi Batauga dan Kadatua, Dapil 2 Siompu-Simpu Barat, Dapil 3 Sampolawa, dan Dapil 4 Lapandewa dan Batu Atas.
Saya menyoroti khusus Dapil 1 spesifik kec. Kadatua yang juga merupakan kampung halaman saya, ceritanya kemarin saya hubungi teman dikampung untuk menanyakan kabar gimana hasil pileg siapa-siapa yang lolos menurut hasil hitung cepat oleh timses mereka, ia menyampaikan sesuai dengan kabar yang beredar dikampung bahwa yang dinyatakan lolos khusus orang asli Kadatua ada 4 orang.

Saya pun terdecak kagum, wahhh luar biasa, dari 6 kursi yang disediakan untuk wilayah daerah pemilihan satu 4 diantaranya diborong oleh orang Kadatua. Tapi setelah teman menyampaikan nama orang-orang tersebut saya langsung lemas pesimis. Saya cukup kenal dengan Ke empat orang tersebut ,mereka adalah yang memang kurang pengalaman organisasinya, ada yang pengusaha, preman, penngguran, dan yang satunya lagi istri bupati.

Lantas dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa mayoritas warga dikampung saya ini belum sepenuhnya menjadi pemilih cerdas, yang mengedepankan rasioanlitas dengan prefernsi memilihnya berdasar pada rekam jejak dan melihat pergaulan sosial masing-masing calon. Padahal kalua ditelaan dan dicari dari sekian banyak calon, ada orang-orang yang memiliki kualitas yang baik, tapi inilah realitas yang terjadi.

Tidak menutup kemungkinan lima tahun mendatang kalau dilihat dari kualitas DPRD hasil pileg 2019 ini akan terjadi hal yang sama seperti yang lalu-lalu, bahwa para legislator Busel masih belum amanah, dan bahkan tidak paham tugas mereka untuk menjadi penyambung lidah rakyat. Hal ini bisa dilihat dari hasil kinenrja DPRD 5 tahun lalu hanya satu perda inisisiatif yang dihasilkan, kebanyakan mereka melakukan studi banding diluar daerah hanya untuk berdarmawisata. Hmmm Kasiannnn Buselku……………………………()

Waktu menunjukkan pukul 02;00 dini hari mata mulai merasa kantuk, saya pun mematikan lampu, untuk bersiap menuju peraduan,,,,, ehh ditengah proses menuju peraduan, tiba-tiba terlintas dibenak seorang sosok, lalu muncul ide untuk membuatkan ia tulisan.

Nah kebetulan juga ini jelang-jelang akhir berada di Tanah ini, maka sangat tepat untuk saya menuliskannya.




Ia adalah Si Jalak Putih, yang berasal dari daerah yang terkenal, nama daerahnya sangat tersohor dibanding nama Republik ini, banyak dari warga belahan dunia mengunjungi asalnya.Ia sosok yang menginspirasi dan mengisi hari-hari saya selama bertualang dalam perburuan ilmu di Tanah Kendedes.

***
Awal perjumpaan saya adalah ketika menempuh kuliah bersyarat istilah ilmiahnya disebut martikulasi, yakni pengantar atau semacam penyegaran kembali sebelum memasuki atau menempuh perkuliahan inti.

Waktu itu saya dan teman yg kebetulan satu daerah asal,  bersantai ria, merokok, dan berbincang-bincang  didepan Gedung kuliah, sembari menunggu jadwal masuk, ditengah obrolin  muncul sosok yang sudah saya perkenalkan diatas, ia berjalan dengan teman sedaerahnya melewati kami dan memasuki ruang kelas, sayapun sontak kagum, dan bertanya kepada teman obrolan saya ini “Bung siapa tuh, dari mana dia?” Dari negeri ****, kenapa? (sambil senyum2 gk jelas, seolah tau maksud saya) jawabnya, dan spontan kembali saya mengeluarkan kalimat “mantap juga Bung, keren kayak polwan” dan Kami pun tertawa lepas………hahahahahahahhahahahhahahha…….

Ya… kalau secara fisik, memang sosoknya seperti polwan karena tampilannya setengah tomboy, rambut pendek dan gaya jalan yang agak sangar. Memang agak jauh sihh dengan karakter jalak putih yang berbulu halus nan menawan. Tapi setidaknya ada kesamaan, sama-sama langkah, unik dan tentunya manis……… kkkkkk…. inilah kesan awal, yang luar biasa,yang membikin adrelain terapacu, maksudnya bersemangat…. hehehhee

Setelah perkuliahan bersyarat selesai, mulailah memasuki kuliah inti, disinilah mental diuji, artinya diuji dengan kuliah yang kata orang berat, berisi materi-materi yang berbahasa asing, kemudian nalar kritis dan kemampuan mengalisa ditantang belum lagi teman-teman baru yang mayoritas alumni PT ini, yang tidak bisa ditebak skillnya. 

Setelah beberapa kali mengikuti perkuliahan, memang materinya cukup berat, olehnya Kebiasaan bangun siang, malas membaca dan buruk lainnya harus dibuang jauh-jauh… tapi tak hanya itu, harus butuh orang yang bisa saling memotivasi dan menguatkan.Dan alhamdulilah kebiasaan lama perlahan ditinggalkan, dan menemukan banyak teman, yang salah satunya sosok si Jalak Putih dan kebetulan sekelas.

Hari-hari dilalui, meskipun kadang sedikit frustasi tapi tidak menyurutkan semangat, teman-teman dikelas sering berbagi ilmu, dan kadang mendiskusikan kembali materi perkulihan, disini banyak yang saya dapatkan. Belum lagi dikala free atau jenuh karena tidak ada kegiatan diluar jadwal kuliah biasa malamnya nongkrong diwarkop sembari menikmati udara dingin kota ini.

Hingga akhirnya memasuki semester akhir, satu persatu dari kami lebih duluan selesai dan balik ke asalnya masing-masing tak terkecuali sijalak putih. Dan yang tersisa tinggal saya dan sebagian beberapa teman lainnya yang masih dalam proses penyelesaikan studi…..


Itulah cerita singkat saya dalam petualangan perburuan ilmu di Kota yang sarat cerita legenda arok-dedes (Malang), banyak suka-duka dan kesan manis,yang salah satunya tentu kehadiran sosok saya sebutkan diatas,yang selalu membikin hari-hari berwarna, yang kelak bisa diceritakan dikemudian hari.
Melewati hari-hari tanpa aktivitas yang bisa mengasah otak memang membosankan, seperti kehidupan saya sekarang, *hehehheheheh memang kadang juga membaca-baca artikel ataupun nonton tayangan yang inspiratif tapi tak diselingi dengan diskusi ataupun membicangkan apa yang ditonton atau dibaca serasa serasa kurang greget, kita tidak tau sejauh mana otak kita ini  merekam/menyimpan hasil atas bacaan/tontonan tersebut.

(Teman Sultra di Malang, dari Kiri Eka Hermansyah, Riki, Saya sendiri, Husriadi, dan Yusdar)

Untuk melepas jenuh ini minggu kemarin saya kekostnya teman mahasiswa asal Sultra, dengan tujuan selain silatuhrahmi juga ingin berdiskusi, kebetulan malam itu ada tayangan debat Capres/Cawapres yang terakhir membahas mengenai ekonomi dan kesejahteraan. sembari menunggu  tayangan itu, salah satu teman yang juga si pemilik kamar kost,  mulai membikin kopi, katanya untuk mengencerkan otak agar bisa menyerap subtansi, entah maksudnya..... heheheh.... tapi luar biasa setidaknya dia ini ramah pada tamu, seperti orang Indonesia kebanyakan, menjunjung tinggi budaya ketimuran, dengan slogan yang terkenal bahwa "tamu adalah raja" *hehehehehehe

ditengah obrolan basa-basi, tiba-tiba nyanyian lagu indonesia raya menggemah di layar kaca itu, penanda bahwa, debat segerai dimulai.....
Nah masing-masing mulai mengeheningkan cipta diam, duduk manis, menyimak ragam materi yang didebatkan oleh pasangan capres/cawapres itu....... dan sampai berakhir.....

Dari sekian banyak sesi debat, ada satu hal yang paling menonjol, dan sangat lucu, dan ternyata ini menjadi obrolan dua diantara kami, kebetulan dua teman ini pendukung dari kedua paslon. Hal itu tentang jawaban salah satu kandidat yang menyakan seputar Industri Game (Mobile Legend) yang kemudian menurut pendukung penanya dianggap tidak nyambung karena si penjawab, menjawab diluar pertanyaan yakni tentang gigilatlisai pertanian, dan si pendukung bela mati-matian, katanya itu hanya contoh karena subransinya tentang digitalisasi.

Terus disanggah lagi teman, dan disanggah balik, terus-menerus...... hingga larut malam.

Saya pun menikmati obrolan ini, meskipun kadang gimana gitu,,, tapi ya inilah suka-duka dan kehangatan persaudaraan sedaerah diperantauan, meskipun kadang beda pendapat tapi setelah itu kembali tertawa bersama. hehehhe....